Meski samar dalam ingatan, tapi saya masih bisa mengingat kilasan
kejadian di masa kecil tersebut. Kala itu masih siang, dan meski samar
saya ingat kejadian hari itu ketika saya diminta masuk dalam kamar dan
tidak boleh keluar rumah.
GMT
Seluruh jendela ditutup dan saya dilarang menengok keluar. Kala itu
saya hanya ingat dibilang bahwa sedang terjadi sebuah fenomena alam yang
namanya gerhana Matahari dan jika kita berada di luar dan melihat
fenomena tersebut maka mata akan menjadi buta.
Bertahun-tahun berlalu dan cerita yang samar terlintas dalam benak
rupanya merupakan hari terburuk dalam sejarah astronomi negeri ini.
Cerita memalukan yang terjadi pada saat Gerhana Matahari Total 11 Juni
1983. Pada saat gerhana matahari total melewati Jawa dan Sumatera
tersebut berlangsung, ilmuwan-ilmuwan dari berbagai negara beserta
kelompok-kelompok pengejar Gerhana berbondong-bondong datang ke
Indonesia untuk menyaksikan peristiwa langka tersebut. Namun, sejam
sebelum gerhana terjadi ada perintah dari Presiden melalui Menteri
Penerangan Harmoko bahwa rakyat tidak boleh keluar rumah dan melihat
gerhana karena bisa membutakan. Akibatnya, masyarakat ketakutan dan
mengurung diri di dalam rumah dan melewatkan kesempatan langkan yang
mungkin cuma bisa dinikmati sekali seumur hidup.
Kisah itu mungkin sudah dilupakan atau bahkan banyak yang tidak
pernah mengetahuinya. Tapi bertahun-tahun kemudian di saat saya kemudian
kuliah dan pada akhirnya “nyemplung” dalam dunia komunikasi sains,
kisah lama inilah yang juga menjadi alasan mengapa astronomi perlu
diperkenalkan pada masyarakat. Walaupun tak pelak timbul pertanyaan yang
berulang kali muncul dan mungkin sering ditemui oleh mahasiswa baru
yang memilih kuliah di Astronomi.
“mengapa kuliah di astronomi? Apa itu astronomi? Kalau lulus kerjanya apa? dan Ngapain sih belajar astronomi?”
Hipparchus
Astronomi, ilmu yang satu ini memang tampak jauh di langit padahal
dalam kenyataannya ia berada begitu dekat dengan kita. Saya pun tidak
benar-benar menyadarinya sampai ketika saya belajar ilmu yang satu ini.
Dulu, saat masih di SD kalau ditanya cita-cita sih jawabnya ingin jadi
astronot, terbang ke luar angkasa karena terlihat keren. Tapi sampai
saya SMA, secara spesifik ilmu astronomi ini sama sekali tidak dikenal.
Yang diketahui hanya Tata Surya yang jadi bagian dari Ilmu Alam dalam
hal ini Fisika dan kadang jadi bagian dari Geografi.
Jadi tidak mengherankan kalau ada pertanyaan apa itu astronomi? Untuk apa belajar astronomi? apa perlunya dll.
Astronomi berasal dari kata astro yang artinya bintang dan nomos yang
berarti hukum. Secara sederhana astronomi bisa diartikan sebagai hukum
bintang ( dalam hal ini benda-benda langit). Secara luas, astronomi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda langit dan fenomena
yang berasal dari luar atmosfir bumi.
Lantas apa perlunya belajar astronomi?
Astronomi merupakan sebuah bidang ilmu yang sangat luas karena ia
mempelajari alam semesta dan cara kerja seluruh isi alam semesta baik
secara mandiri maupun berkelompok. Dan kita manusia hidup di dalamnya.
Setidaknya, sebagai penghuni alam ini kita juga tahu seperti apa rumah
(bumi) kita serta lingkungan di sekitarnya. Dengan mempelajari dan
memahami alam semesta, manusia jadi memahami bagaimana alam semesta ini
dimulai, bagaimana ia berevolusi dan bagaimana nasibnya kelak.
Tapi tak hanya itu. Astronomi yang bagi masyarakat awam merupakan
ilmu yang mengawang-awang sebenarnya merupakan ilmu yang sangat dekat
dengan keseharian manusia. Astronomi bisa dikatakan menjadi bagian dari
perkembangan budaya dan kemanusiaan itu sendiri. Di masa kini, manusia
mungkin hanya melihat bahwa astronomi terkait kehidupan sehari-hari
hanya berlaku di kala menjelang puasa dan lebaran. Saat para alim ulama
dan pemerintah sibuk menghitung kapan hilal akan tampak. Dan setelah itu
astronomi seperti hilang di telan waktu dan baru akan diingat dan
dikenal saat ada fenomena alam seperti hujan meteor, tabrakan meteor,
penemuan planet dll.
Padahal astronomi itu merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari manusia. Tak percaya? Simak sejenak yuk.
Astronomi dalam kehidupan sehari-hari
Coba tengok kalender di rumahmu. Dari mana asal mula kalender tersebut
bisa terbentuk? Tahukah kamu perhitungan kalender itu merupakan hasil
dari pengamatan gerak benda langit? Dalam hal ini tentunya gerak
Matahari dan Bulan. Perkembangan zaman memang tidak lagi membuat manusia
harus menengok Matahari untuk menentukan waktu namun dasar dari
perhitungan kalender dan waktu berasal dari gerak benda-benda langit.
Dan yang sampai sekarang masih “terlihat” digunakan adalah pengamatan
hilal untuk penentuan awal Ramadhan dan awal Syawal yang merupakan
bagian dari penentuan kalender Hijriah.
Kaitan astronomi dalam kehidupan sehari-hari juga tak lepas dari
fenomena alam. Siang dan malam bisa terjadi disebabkan oleh perputaran
Bumi pada porosnya. Interaksi Bumi-Bulan juga menyebabkan terjadinya
pasang surut di lautan.
Lanjut kepada penjelajah lautan. Para pelaut di masa lalu bisa
menentukan arah perahu dan kapalnya dengan menggunakan rasi bintang
sebagai petunjuk arah. Dan bukan hanya masyarakat maritim yang mengenal
rasi bintang sebagai navigasi. Masyarakat agraris juga pada dasarnya
menggunakan benda langit sebagai penentu musim bercocok tanam.
Sejarah Astronomi
Di Indonesia, saat belum ada kalender, masyarakat setempat telah
menggunakan perbintangan untuk menentukan siang dan malam, pasang surut
air laut, berbunga dan berbuahnya tanaman, maupun migrasi dan pembiakan
hewan. Bagi mereka gejala alam adalah cerminan lintasan waktu.
Masyarakat di masa itu juga menentukan saat menanam dengan menggunakan bambu yang diisi air untuk mengukur ketinggian bintang. Pada posisi tertentu mereka akan bisa mengetahui apakah sudah saatnya memulai bercocok tanam atau belum.
Masyarakat masa kini mungkin sudah tidak lagi mengenal itu semua
karena kemudahan teknologi. Untuk menentukan arah tinggal aktifkan GPS.
Tapi apakah ini berarti dasar-dasar pengetahuan harus ditinggalkan?
Jawabannya tentu tidak. Teknologi tidak akan pernah bisa berkembang
kalau manusia tidak pernah memahami dasar-dasar pengetahuan.
Namun lagi-lagi, semua itu tidak akan bisa tercapai kalau tidak ada
pemahaman dasar yang benar tentang astronomi. Fenomena yang muncul,
selain kesadaran bahwa astronomi merupakan bagian kehidupan sehari-hari
yang masih kurang, informasi dan pengetahuan yang benar mengenai
astronomi juga masih sangat kurang di dalam masyarakat. Ada banyak
kesalahan informasi yang kemudian menimbulkan kepanikan seperti halnya
kisah di awal tulisan ini. Jika pendidikan dasar diberikan dengan benar
dan pemahaman bisa tercapai maka kekuatiran seperti yang sempat terjadi
di tahun 1983 maupun di masa sekarang saat Matahari kembali aktif dan
melontarkan flare-nya tidak perlu terjadi.
Jadi, kalau kita bertanya perlukah belajar astronomi? Jawabannya
jelas Perlu. Tapi ini bukan hanya berlaku untuk astronomi melainkan
untuk semua bidang ilmu karena pada dasarnya seluruh ilmu pengetahuan
itu terintegrasi dalam kehidupan manusia dari hari lepas hari, meskipun
mungkin manusia tidak pernah menyadarinya. Astronomi juga tidak bisa
berdiri sendiri sebagai ilmu tunggal.
Untuk memahami alam semesta ini dibutuhkan pemahaman dari bidang ilmu
lainnya seperti matematika dan fisika yang memang menjadi bagian
penting dalam mempelajari alam semesta dan isinya. Tak hanya itu,
astronomi juga terkait erat dengan biologi dan kimia dalam mempelajari
kemungkinan perkembangan kehidupan di ruang angkasa dan reaksi
senyawa-senyawa kimia di sebuah planet dan bintang. Pemahaman geologi
juga dibutuhkan untuk bisa menjelaskan aktivitas vulkanik dan tektonik
yang terjadi di benda-benda langit.
Dan yang mengkin agak sedikit membuat anda mengerutkan dahi adalah,
astronomi punya kaitan erat dengan sejarah perkembangan budaya di dunia.
Kok bisa? Selama berabad-abad, masyarakat yang kehidupannya dilandaskan
dengan melihat pergerakan benda-benda langit ternyata juga menuangkan
aktivitas mereka dalam bangunan-bangunan bersejarah seperti candi,
piramida, lempengan batu, gambar-gambar yang dituangkan di dinding
candi dll. Disinilah peran para ahli sejarah dan juga arkeolog untuk
bisa mengartikan pesan yang ditinggalkan dan astronom akan ambil bagian
untuk melihat keterkaitan benda-benda tersebut dengan aktivitas
masyarakat dan langit. Contohnya: candi borobudur.
Sampai disini mungkin ada yang bertanya, apa gunanya mempelajari itu
semua? Toh sudah ada kalender, ada GPS, ada berbagai perangkat yang
mempermudah.
Jawabannya sederhana, dengan mempelajari alam semesta dan isinya
serta memahami hal-hal sederhana seperti gerak benda langit akan membawa
manusia untuk bisa memahami eksistensi diri dan keberadaannya kalau ia
hanyalah debu di alas kaki Tuhan.