SELAMAT DATANG DI MAJALAH KREATIFITAS DAN BERKARYA SMK PGRI SAMPIT

Sabtu, 26 Mei 2012

Sekilas Tentang Astronomi

Meski samar dalam ingatan, tapi saya masih bisa mengingat kilasan kejadian di masa kecil tersebut. Kala itu masih siang, dan meski samar saya ingat kejadian hari itu ketika saya diminta masuk dalam kamar dan tidak boleh keluar rumah.
GMT
Seluruh jendela ditutup dan saya dilarang menengok keluar. Kala itu saya hanya ingat dibilang bahwa sedang terjadi sebuah fenomena alam yang namanya gerhana Matahari dan jika kita berada di luar dan melihat fenomena tersebut maka mata akan menjadi buta.
Bertahun-tahun berlalu dan cerita yang samar terlintas dalam benak rupanya merupakan hari terburuk dalam sejarah astronomi negeri ini. Cerita memalukan yang terjadi pada saat Gerhana Matahari Total 11 Juni 1983.  Pada saat gerhana matahari total melewati Jawa dan Sumatera tersebut berlangsung, ilmuwan-ilmuwan dari berbagai negara beserta kelompok-kelompok pengejar Gerhana berbondong-bondong datang ke Indonesia untuk menyaksikan peristiwa langka tersebut. Namun, sejam sebelum gerhana terjadi ada perintah dari Presiden melalui Menteri Penerangan Harmoko bahwa rakyat tidak boleh keluar rumah dan melihat gerhana karena bisa membutakan. Akibatnya, masyarakat ketakutan dan mengurung diri di dalam rumah dan melewatkan kesempatan langkan yang mungkin cuma bisa dinikmati sekali seumur hidup.
Kisah itu mungkin sudah dilupakan atau bahkan banyak yang tidak pernah mengetahuinya. Tapi bertahun-tahun kemudian di saat saya kemudian kuliah dan pada akhirnya “nyemplung” dalam dunia komunikasi sains, kisah lama inilah yang juga menjadi alasan mengapa astronomi perlu diperkenalkan pada masyarakat. Walaupun tak pelak timbul pertanyaan yang berulang kali muncul dan mungkin sering ditemui oleh mahasiswa baru yang memilih kuliah di Astronomi. “mengapa kuliah di astronomi? Apa itu astronomi? Kalau lulus kerjanya apa? dan Ngapain sih belajar astronomi?”
Hipparchus
Astronomi, ilmu yang satu ini memang tampak jauh di langit padahal dalam kenyataannya ia berada begitu dekat dengan kita. Saya pun tidak benar-benar menyadarinya sampai ketika saya belajar ilmu yang satu ini. Dulu, saat masih di SD kalau ditanya cita-cita sih jawabnya ingin jadi astronot, terbang ke luar angkasa karena terlihat keren. Tapi sampai saya SMA, secara spesifik ilmu astronomi ini sama sekali tidak dikenal. Yang diketahui hanya Tata Surya yang jadi bagian dari Ilmu Alam dalam hal ini Fisika dan kadang jadi bagian dari Geografi.
Jadi tidak mengherankan kalau ada pertanyaan apa itu astronomi? Untuk apa belajar astronomi? apa perlunya dll.
Astronomi berasal dari kata astro yang artinya bintang dan nomos yang berarti hukum. Secara sederhana astronomi bisa diartikan sebagai hukum bintang ( dalam hal ini benda-benda langit).  Secara luas, astronomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda langit dan fenomena yang berasal dari luar atmosfir bumi.
Lantas apa perlunya belajar astronomi?
Astronomi merupakan sebuah bidang ilmu yang sangat luas karena ia mempelajari alam semesta dan cara kerja seluruh isi alam semesta baik secara mandiri maupun berkelompok. Dan kita manusia hidup di dalamnya. Setidaknya, sebagai penghuni alam ini kita juga tahu seperti apa rumah (bumi) kita serta lingkungan di sekitarnya.  Dengan mempelajari dan memahami alam semesta, manusia jadi memahami bagaimana alam semesta ini dimulai, bagaimana ia berevolusi dan bagaimana nasibnya kelak.
Tapi tak hanya itu. Astronomi yang bagi masyarakat awam merupakan ilmu yang mengawang-awang sebenarnya merupakan ilmu yang sangat dekat dengan keseharian manusia. Astronomi bisa dikatakan menjadi bagian dari perkembangan budaya dan kemanusiaan itu sendiri. Di masa kini, manusia mungkin hanya melihat bahwa astronomi terkait kehidupan sehari-hari hanya berlaku di kala menjelang puasa dan lebaran. Saat para alim ulama dan pemerintah sibuk menghitung kapan hilal akan tampak. Dan setelah itu astronomi seperti hilang di telan waktu dan baru akan diingat dan dikenal saat ada fenomena alam seperti hujan meteor, tabrakan meteor, penemuan planet dll.
Padahal astronomi itu merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari manusia. Tak percaya? Simak sejenak yuk.
Astronomi dalam kehidupan sehari-hari
Coba tengok kalender  di rumahmu. Dari mana asal mula kalender tersebut bisa terbentuk?  Tahukah kamu perhitungan kalender itu merupakan hasil dari pengamatan gerak benda langit? Dalam hal ini tentunya gerak Matahari dan Bulan. Perkembangan zaman memang tidak lagi membuat manusia harus menengok Matahari untuk menentukan waktu namun dasar dari perhitungan kalender dan waktu berasal dari gerak benda-benda langit.  Dan yang sampai sekarang masih “terlihat” digunakan adalah pengamatan hilal untuk penentuan awal Ramadhan dan awal Syawal yang merupakan bagian dari penentuan kalender Hijriah.
Kaitan astronomi dalam kehidupan sehari-hari juga tak lepas dari fenomena alam. Siang dan malam bisa terjadi disebabkan oleh perputaran Bumi pada porosnya. Interaksi Bumi-Bulan juga menyebabkan terjadinya pasang surut di lautan.
Lanjut kepada penjelajah lautan. Para pelaut di masa lalu bisa menentukan arah perahu dan kapalnya dengan menggunakan    rasi bintang sebagai petunjuk arah. Dan bukan hanya masyarakat maritim yang mengenal rasi bintang sebagai navigasi. Masyarakat agraris juga pada dasarnya menggunakan  benda langit sebagai penentu musim bercocok tanam.
Sejarah Astronomi
Di Indonesia, saat belum ada kalender, masyarakat setempat telah menggunakan perbintangan untuk menentukan siang dan malam, pasang surut air laut, berbunga dan berbuahnya tanaman, maupun migrasi dan pembiakan hewan. Bagi mereka gejala alam adalah cerminan lintasan waktu. Masyarakat di masa itu juga menentukan saat menanam dengan menggunakan bambu yang diisi air untuk mengukur ketinggian bintang. Pada posisi tertentu mereka akan bisa mengetahui apakah sudah saatnya memulai bercocok tanam atau belum.
Masyarakat masa kini mungkin sudah tidak lagi mengenal itu semua karena kemudahan teknologi. Untuk menentukan arah tinggal aktifkan GPS. Tapi apakah ini berarti dasar-dasar pengetahuan harus ditinggalkan? Jawabannya tentu tidak. Teknologi tidak akan pernah bisa berkembang kalau manusia tidak pernah memahami dasar-dasar pengetahuan.
Namun lagi-lagi, semua itu tidak akan bisa tercapai kalau tidak ada pemahaman dasar yang benar tentang astronomi. Fenomena yang muncul, selain kesadaran bahwa astronomi merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang masih kurang, informasi dan pengetahuan yang benar mengenai astronomi juga masih sangat kurang di dalam masyarakat. Ada banyak kesalahan informasi yang kemudian menimbulkan kepanikan seperti halnya kisah di awal tulisan ini.  Jika pendidikan dasar diberikan dengan benar dan pemahaman bisa tercapai maka kekuatiran seperti yang sempat terjadi di tahun 1983 maupun di masa sekarang saat Matahari kembali aktif dan melontarkan flare-nya tidak perlu terjadi.
Jadi, kalau kita bertanya perlukah belajar astronomi? Jawabannya jelas Perlu. Tapi ini bukan hanya berlaku untuk astronomi melainkan untuk semua bidang ilmu karena pada dasarnya seluruh ilmu pengetahuan itu terintegrasi dalam kehidupan manusia dari hari lepas hari, meskipun mungkin manusia tidak pernah menyadarinya. Astronomi juga tidak bisa berdiri sendiri sebagai ilmu tunggal.
Untuk memahami alam semesta ini dibutuhkan pemahaman dari bidang ilmu lainnya seperti matematika dan fisika yang memang menjadi bagian penting dalam mempelajari alam semesta dan isinya. Tak hanya itu, astronomi juga terkait erat dengan biologi dan kimia dalam mempelajari kemungkinan perkembangan kehidupan di ruang angkasa dan reaksi senyawa-senyawa kimia di sebuah planet dan bintang. Pemahaman geologi juga dibutuhkan untuk bisa menjelaskan aktivitas vulkanik dan tektonik yang terjadi di benda-benda langit.
Dan yang mengkin agak sedikit membuat anda mengerutkan dahi adalah, astronomi punya kaitan erat dengan sejarah perkembangan budaya di dunia. Kok bisa? Selama berabad-abad, masyarakat yang kehidupannya dilandaskan dengan melihat pergerakan benda-benda langit ternyata juga menuangkan aktivitas mereka dalam bangunan-bangunan bersejarah seperti candi, piramida, lempengan batu, gambar-gambar yang dituangkan di dinding candi  dll. Disinilah peran para ahli sejarah dan juga arkeolog untuk bisa mengartikan pesan yang ditinggalkan dan astronom akan ambil bagian untuk melihat keterkaitan benda-benda tersebut dengan aktivitas masyarakat dan langit. Contohnya: candi borobudur.
Sampai disini mungkin ada yang bertanya, apa gunanya mempelajari itu semua? Toh sudah ada kalender, ada GPS, ada berbagai perangkat yang mempermudah.
Jawabannya sederhana, dengan mempelajari alam semesta dan isinya serta memahami hal-hal sederhana seperti gerak benda langit akan membawa manusia untuk bisa memahami eksistensi diri dan keberadaannya kalau ia hanyalah debu di alas kaki Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar